News

Fenomena #KaburAjaDulu Reaksi Frustasi Anak Muda Sulitnya Mencari Kerja dan Kehidupan Layak

SAKURAINA, JAKARTA-Jagad maya ramai oleh riuh netizen tentang hashtag atau tagar kabur aja dulu. Ajakan hijrah dari Indonesia ke negeri orang lain bukan tanpa sebab. Tagar ini dinilai merupakan manifestasi dari frustrasi yang mendalam atas berbagai permasalahan yang dihadapi.

Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkapkan, tagar tersebut terlacak paling awal diunggah oleh akun @amouraXexa pada 8 Januari 2025. Namun waktu itu masih kecil sekali engagement-nya.

Belakangan ini, tagar #KaburAjaDulu ramai menghiasi linimasa media sosial seperti X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) dan Instagram. Tagar ini mencerminkan keresahan generasi muda Indonesia terhadap kondisi ekonomi, politik, dan sosial di tanah air, mendorong mereka untuk mempertimbangkan peluang di luar negeri.

Asal Mula dan Perkembangan Tagar #KaburAjaDulu

Tagar #KaburAjaDulu mulai muncul di platform X pada Desember 2024. Awalnya, tagar ini menjadi ruang diskusi konstruktif bagi pengguna media sosial untuk berbagi informasi mengenai peluang kerja di luar negeri, beasiswa pendidikan, serta tips adaptasi budaya di negara tujuan. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan tagar ini bergeser menjadi wadah ekspresi kekecewaan kolektif terhadap berbagai permasalahan domestik. Kenaikan harga kebutuhan pokok, beban pajak yang memberatkan, susahnya lapangan kerja, serta kasus korupsi di pemerintahan, mendapatkan kehidupan layak menjadi pemicu utama di balik tren ini. Kondisi tersebut mendorong generasi muda untuk mencari alternatif kehidupan yang lebih baik di luar negeri.

Dia menilai, #KaburAjaDulu ini sebagai reaksi frustasi atas situasi di Indonesia yang dirasakan sebagian netizen. Mereka mencari informasi lowongan kerja, tips persiapan berangkat, risiko yang harus dipertimbangkan, dan perbandingan tinggal di Indonesia dengan luar negeri.

“Frustrasi netizen terhadap keadaan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan ekonomi, kualitas hidup yang menurun, ketidakadilan sosial, kebijakan pemerintah yang tidak memadai, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik,” kata dia.

Dari sisi umur, Ismail mengungkapkan, mereka yang meramaikan hashtag ini kebanyakan usianya antara 19-29 tahun sebesar 50.81%, lalu sebanyak 38.10% usianya kurang dari 18 tahun. Sedangkan dari segi gender, separuh lebih disampaikan oleh pria.

“Paling banyak dari kalangan laki-laki sebesar 59.92%, lalu perempuan 40.08%,” ujar dia.

Kaitan dengan Fenomena Brain Drain

Tren #KaburAjaDulu erat kaitannya dengan fenomena brain drain, yaitu migrasi tenaga kerja terampil dari negara asal ke negara lain demi mendapatkan kualitas hidup dan peluang karier yang lebih baik. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024 menunjukkan bahwa 7,47 juta penduduk usia produktif di Indonesia masih menganggur. Selain itu, rata-rata gaji pekerja di Indonesia hanya sekitar Rp3,27 juta, yang dianggap belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kondisi ini mendorong para profesional muda untuk mencari peluang di luar negeri yang menawarkan kompensasi dan kualitas hidup lebih baik.

Dampak dan Tanggapan

Fenomena #KaburAjaDulu menimbulkan kekhawatiran akan potensi kekurangan sumber daya manusia (SDM) unggul di Indonesia. Jika tren ini terus berlanjut tanpa adanya respons kebijakan yang tepat, Indonesia berisiko mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor strategis, penurunan investasi, serta peningkatan kesenjangan sosial. Namun, beberapa pengamat berpendapat bahwa jika dikelola dengan baik, migrasi tenaga kerja terampil dapat membuka peluang transfer pengetahuan dan teknologi dari diaspora Indonesia di luar negeri. Hal ini memerlukan upaya pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang kondusif agar para profesional yang bekerja di luar negeri tertarik kembali dan berkontribusi di tanah air.

Rekomendasi bagi Pemerintah dan Generasi Muda

Untuk mengatasi fenomena ini, pemerintah disarankan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, menyediakan dukungan bagi kewirausahaan, menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan, serta mendorong partisipasi generasi muda dalam pengambilan keputusan. Sementara itu, bagi mereka yang mempertimbangkan untuk mencari peluang di luar negeri, penting untuk melakukan riset mendalam mengenai negara tujuan, mempersiapkan rencana keuangan yang matang, serta menjaga kesehatan mental dan emosional selama proses adaptasi.(*)

What is your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in:News