Destination

Obon: Lebih dari Sekadar Libur Panjang, Jembatan Antara Dunia Nyata dan Alam Baka di Jepang

SAKURAINA, KYOTO- Saat kota-kota besar Jepang mendadak lengang dan makam-makam dipenuhi bunga, itu pertanda Obon telah tiba. Lebih dari sekadar festival musim panas, Obon adalah momen sakral di mana Jepang menyambut arwah leluhur kembali ke rumah, merayakan ikatan keluarga, dan merenungkan siklus kehidupan.

Banyak yang menyebut Obon sebagai “Halloween ala Jepang,” namun perayaan ini jauh lebih khidmat. Alih-alih kostum menakutkan, Obon diwarnai dengan penghormatan mendalam kepada leluhur dan orang-orang terkasih yang telah tiada. Selama empat hingga lima hari di sekitar tanggal 15 Agustus, Jepang seolah berhenti sejenak dari kesibukan modern untuk merangkul tradisi Buddhis yang telah mengakar kuat.

Walaupun bukan hari libur nasional resmi, Obon adalah waktu di mana kantor-kantor tutup, sekolah libur, dan jutaan orang mudik ke kampung halaman. Ini adalah kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga, membersihkan makam leluhur (ohaka-mairi), dan mempersembahkan sesaji berupa buah-buahan, bunga segar, dan manisan Jepang di altar khusus (mukaebi).

Salah satu tradisi unik Obon adalah menyiapkan kuda dari mentimun dan sapi dari terong, lengkap dengan kaki dari tusuk kayu. Kuda melambangkan harapan agar arwah leluhur dapat segera tiba di rumah, sementara sapi mengantarkan mereka kembali ke alam baka dengan perlahan setelah festival usai.

Selama Obon, keluarga juga mengundang biksu Buddha untuk membacakan sutra bagi leluhur (hoyo/kuyo) dan menyantap hidangan vegan tradisional (shojin ryori) sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi Buddha.

Puncak dari perayaan Obon adalah okuribi, yaitu api unggun yang dinyalakan untuk mengantar arwah kembali ke dunia mereka. Di beberapa daerah, tarian Bon Odori juga digelar, yang awalnya merupakan persembahan bagi arwah, namun kini menjadi bagian meriah dari festival musim panas. Salah satu yang paling terkenal adalah Gozan Okuribi di Kyoto, di mana ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan api unggun raksasa yang membentuk karakter kanji di lereng gunung.

Obon adalah pengingat bahwa di balik modernitas Jepang yang serba cepat, terdapat tradisi yang mengikat orang pada akar keluarga dan pada mereka yang sudah mendahului. Ini adalah waktu untuk merenungkan kehidupan, menghormati leluhur, dan merayakan ikatan yang tak lekang oleh waktu.(MEL)

What is your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in:Destination