
SAKURAINA, MALANG- Di balik angka dan statistik layanan kesehatan, ada cerita tentang harapan, perjuangan, dan dedikasi. Anggota Dewan Pengawas BPJS Kesehatan, Siruaya Utamawan, berupaya menangkap esensi tersebut dalam kunjungannya ke dua rumah sakit di Malang, RSUD Kota Malang dan RS Wava Husada, pada Selasa, 12 Agustus 2025.
Kunjungan ini bukan sekadar inspeksi, tetapi sebuah upaya untuk memahami denyut nadi pelayanan dari dekat. Didampingi oleh Kepala BPJS Kesehatan Cabang Malang, Yudhi Wahyu Cahyono, Siruaya ingin memastikan bahwa setiap peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mendapatkan layanan yang terbaik, dengan sentuhan manusiawi.
Di Balik Sepinya Ruang Rawat RSUD Kota Malang
Di RSUD Kota Malang, Direktur dr. Rina Istarowati menyambut rombongan dengan senyum hangat, namun tersirat tantangan di balik cerita tentang tingkat keterisian tempat tidur yang belum optimal. Lokasi yang kurang strategis dan status UHC Kabupaten Malang menjadi penghalang bagi sebagian pasien.
Namun, di balik sepinya ruang rawat, ada komitmen yang tak tergoyahkan untuk memberikan perawatan tanpa batas. “Kami pernah merawat pasien dengan ventilator selama satu bulan,” kata dr. Rina, sebuah bukti nyata bahwa nyawa dan kesehatan adalah prioritas utama.
Kisah tentang waktu tunggu yang panjang menjadi perhatian utama. Siruaya mendengarkan dengan seksama keluhan pasien tentang antrean farmasi yang mengular. Ia menyadari bahwa di balik setiap menit penantian, ada kecemasan dan harapan yang membuncah.
“Dengan BOR yang masih rendah, seharusnya waktu tunggu bisa dioptimalkan,” kata Siruaya, sebuah ajakan untuk mencari solusi yang lebih baik, demi kenyamanan pasien.
Namun, ada secercah harapan di unit perawatan intensif (ICU). Tingkat kematian yang sangat rendah menjadi bukti bahwa standar dan kompetensi tenaga kesehatan di RSUD Kota Malang patut diacungi jempol. “Ini adalah sebuah keunggulan yang harus dipertahankan,” kata Siruaya, memberikan apresiasi atas dedikasi para pahlawan kesehatan.
RS Wava Husada: Kisah tentang Kerja Keras dan Harapan
Di RS Wava Husada, Direktur dr. Muhammad Alam El Yaqin menyambut rombongan dengan semangat yang sama. Sebagai satu-satunya RS swasta Tipe B di Kabupaten Malang, RS ini menjadi tumpuan bagi banyak pasien JKN.
Namun, di balik utilisasi yang tinggi, ada keluhan serupa tentang waktu tunggu obat. Sistem farmasi yang belum terhubung secara digital menjadi penyebab utama. “Kami menyarankan agar proses bridging sistem ini segera dilakukan,” kata Siruaya, sebuah harapan untuk memangkas waktu tunggu dan meningkatkan kepuasan pasien.
Diskusi juga menyentuh tentang upaya meminimalkan klaim yang tertunda. Siruaya berharap setiap kasus dapat menjadi pelajaran berharga untuk perbaikan di masa depan.
“RS Wava Husada adalah salah satu palang pintu layanan di Kabupaten Malang dengan mutu yang dikenal baik oleh masyarakat,” kata Yudhi, memberikan semangat kepada seluruh tim.(DIK)