
SAKURAINA, JAKARTA-Sangat memalukan jika benar kru pesawat Garuda Indonesia melakukan pencurian di dalam pesawat yang kini sedang ramai di media sosial, bukan hanya Garuda Indonesia yang bakal mendapat citra buruk tetapi nama baik negara pun akan memburuk dengan kepercayaan kemanan penerbangan. Michael Tjendara salah satu penumpang pesawat maskapai Garuda Indonesia kehilangan handphonenya saat terbang dari rute Jakarta-Melbourne pada Jumat (6/6).
Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam turut menyoroti kasus hilangnya handphone (HP) milik penumpang di kabin pesawat Garuda Indonesia yang diduga dicuri oleh awak kabin. Menurutnya, insiden ini bukan sekadar soal kehilangan barang, tapi mengindikasikan rusaknya budaya kerja di tubuh maskapai pelat merah tersebut.
“Ini bukan cuma soal HP hilang. Kalau benar iPhone itu terlacak di hotel tempat kru menginap lalu dibuang, itu artinya budaya kerja di Garuda sudah sangat kronis. Sudah seperti kanker, bukan cuma keuangan yang terus rugi, tapi integritas SDM-nya juga bermasalah,” ujar Mufti dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (10/6/2025).
1. Garuda Indonesia dinilai gagal jaga kepercayaan penumpang
Mufti pun menyayangkan kejadian tersebut dan menilai kru maskapai Garuda Indonesia telah gagal menjaga kepercayaan penumpangnya.
“Penumpang bukan saja kehilangan barang namun juga kehilangan rasa aman dan kepercayaan di tempat yang seharusnya menjaga penumpangnya,” ujar dia.
2. Garuda Indonesia dapat suntikan dana dari pemerintah tapi berbenah
Lebih lanjut, Mufti juga mengkritik PT Garuda Indonesia yang terus menerima suntikan dana dari pemerintah. Baik melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) maupun dari holding Danantara, namun tak kunjung menunjukkan perbaikan signifikan.
“Kita bicara soal kepercayaan publik. Bagaimana masyarakat bisa percaya Garuda bisa bangkit, kalau integritas SDM-nya saja dipertanyakan? Pemerintah dan Danantara katanya sudah menyuntikkan dana hingga puluhan triliun. Tapi untuk urusan dasar seperti keamanan barang penumpang saja, Garuda gagal,” paparnya.
Mufti menekankan, seharusnya Garuda tak hanya fokus pada restrukturisasi keuangan semata namun juga merombak total kultur kerja dan manajemen internal.
“Garuda itu bukan cuma butuh tambal sulam keuangan, tapi bedah besar-besaran di sisi SDM dan integritas. Percuma dikasih triliunan kalau kejujuran di lapangan tidak ada,” tukasnya.
Untuk diketahui, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan PT Garuda Indonesia (Persero) akan mendapat suntikan dana dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Dana tersebut tidak lagi berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN), namun Garuda akan menerima pendanaan melalui Holding Operasional Danantara.
Informasi terkini, PT Garuda Indonesia dikabarkan sedang dalam pembicaraan dengan sovereign wealth fund Indonesia, Danantara, mengenai suntikan dana sekitar US$500 juta atau setara Rp8,15 triliun. Kesepakatan disebut akan tercapai pada bulan Juni atau Juli.
Terkait hal tersebut, Mufti mendesak Kementerian BUMN dan Danantara mengevaluasi menyeluruh PT Garuda Indonesia, termasuk bentuk suntikan dana yang diberikan.
Sebagai Anggota Komisi DPR yang bermitra dengan BUMN itu pun menyatakan pihaknya akan terus mengawal hal tersebut demi kebaikan PT Garuda Indonesia di masa mendatang. Khususnya, mengenai suntikan dana ke Garuda.
“Kami berharap dengan adanya pendanaan ini, kinerja BUMN khususnya Garuda Indonesia bisa terus berkembang. Ini PR bagi Garuda bagaimana meningkatkan dan mengoptimalkan aset yang ada,” tegas dia.
3. Kasus HP penumpang diduga dicuri awak kabin
Dikabarkan sebelumnya, kasus hilangnya HP iPhone milik penumpang pesawat Garuda Indonesia viral di media sosial. Dalam unggahannya, penumpang atas nama Michael Tjendara menyebut gawai miliknya dicuri saat melakukan penerbangan Garuda GA716 rute Jakarta-Melbourne, Jumat (6/6/2025) lalu.
Ia mengatakan bahwa iPhone-nya hilang di dalam pesawat yang diletakan di kantong kursi.
Seorang penumpang bernama Michael Tjendara, melalui akun Instagramnya, menceritakan kronologi kehilangan ponsel iPhone miliknya saat terbang menggunakan maskapai Garuda Indonesia dari Jakarta menuju Melbourne, Australia, Jumat (6/6/2025).
Kronologi Peristiwa
Michael bersama istri dan dua anaknya terbang ke Melbourne menumpang Garuda GA716.
Semua terlihat baik-baik saja. Ketika di dalam pesawat ia duduk di kursi nomor 30D. Sesudah lepas landas, dia pindah ke kursi nomor 32E untuk beristirahat. Lantaran percaya dengan maskapai yang sudah memegang beberapa penghargaan internasional, dia tenang saja menaruh ponsel iPhonenya di kantong kursi pesawat.
“Setelah mendarat di Melbourne pukul 10.55 pagi, iPhone saya hilang dari kantong kursi. Saya langsung lapor ke kru, tapi semua penumpang sudah dibebaskan keluar,” tulis akun @michaeltjendara.
Beruntung dia memiliki aplikasi pelacak, dia pun memantau pergerakan ponselnya dari aplikasi itu. Dia bilang, pada pukul 11-26-11.48 ponselnya masih berada di Terminal 2 Melbourne Airport. Michael buru-buru menemui Samuel, Station Manager Garuda di Melbourne untuk melaporkan kejadian ini.
Sekitar pukul 13.02, Michael menginfokan bahwa posisi ponselnya berada di kawasan 9 Riverside Quay, Southbank, yang mana lokasi tersebut ialah Hotel Mercure Southbank. Lalu, pukul 13.26 ponselnya terlacak tidak bergerak masih di dalam hotel. Dia pun berinisiatif mengonfirmasi pihak hotel soal siapa saja yang menginap, di sinilah muncul dugaan bahwa kru pesawat yang mencuri ponselnya.
“Saya terkejut, manager hotel confirm bahwa hanya crew Garuda GA716 beranggota sekitar 20 orang yang check-in. Tidak ada penumpang lain,” tulisnya.
Michael mengatakan dirinya menelepon Samuel dan melaporkan informasi tersebut. Sembari menunggu kedatangan Samuel, Michael mengatakan pukul 14.46, ponselnya masih berada di dalam hotel.
Lucunya, Samuel dan rekannya bernama Ridho tak mengecek semua kamar kru. Di sini dugaan pencurian oleh orang dalam makin menguat, sebab pukul 16.00, para kru Garuda keluar dari hotel. Sekitar 42 menit kemudian, notifikasi aplikasi memberitahukan ponselnya terlacak berada di pinggir Yarra River, yang berlokasi di Southbank Promenade, sekitar 100 meter dari Hotel Mercure Southbank.
Kemudian sekitar pukul 17.23, lanjut Michael, ponselnya terlacak masih berada di tepi sungai Yarra. Lalu, sekitar pukul 19.33, ponselnya terlacak berada di tengah sungai. Seolah dibuang oleh sang pencuri karena panik aksinya ketahuan.
“(Pukul) 16.48 saya dan Pak Samuel dan Pak Ridho, tanpa ada crew satu pun masih mencari iPhone di Southbank Promenade. Kami buka tempat sampah, semak-semak, got,” paparnya.
Apa yang menimpa Michael ini sejalan dengan desakan dari peneliti Next Policy, Shofie Azzahrah menyebut, memperbaiki kinerja BUMN seperti Garuda Indonesia memerlukan pendekatan strategis yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Selain opsi pergantian direksi, Shofie mengatakan perlu adanya penguatan tata kelola perusahaan, transparansi, dan efisiensi operasional demi keberlanjutan perusahaan yang lebih baik.(DIK)