
SAKURAINA, JEPANG-Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato, membantah tuduhan manipulasi mata uang setelah Presiden AS Donald Trump menuduh Jepang dengan sengaja melemahkan yen. Kato menekankan Jepang tidak mengambil langkah untuk melemahkan mata uangnya
Melansir laman Xinhua, Rabu, 5 Maret 2025, ia menyatakan bahwa intervensi mata uang asing negara itu pada 2022 dan 2023 bertujuan untuk mengoreksi depresiasi yen yang berlebihan, bukan untuk memanipulasi mata uang.
Kato juga menegaskan kembali komitmen Jepang terhadap stabilitas pasar dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip yang disepakati oleh Kelompok Tujuh (G7) tentang nilai tukar.
Dalam konferensi pers terpisah, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi menegaskan pernyataan Kato. Ia menekankan bahwa Jepang tidak menerapkan kebijakan yen yang lemah.
Ia mengacu pada pernyataan Perdana Menteri Shigeru Ishiba setelah pertemuan puncak AS-Jepang baru-baru ini, di mana Ishiba berjanji untuk terus berkoordinasi erat tentang masalah mata uang antara otoritas keuangan Jepang dan AS.
Yen malah menguat
Ditekan oleh tuduhan Trump, pasar valuta asing Tokyo menyaksikan penguatan yen pada Selasa, 4 Maret 2025. Nilai tukar mata uang sempat mencapai pertengahan 148 yen per dolar AS pada pagi hari.
Pernyataan Kato datang di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan Jepang. Trump telah lama mengkritik Jepang karena apa yang menurutnya adalah praktik perdagangan yang tidak adil, termasuk manipulasi mata uang.
Namun, Kato menegaskan Jepang berkomitmen untuk mengikuti aturan perdagangan internasional dan tidak akan terlibat dalam praktik yang merusak sistem perdagangan global.
Pernyataan Kato dan Hayashi menunjukkan bahwa Jepang bertekad untuk membela diri dari tuduhan manipulasi mata uang. Mereka menekankan bahwa langkah-langkah yang diambil negara itu adalah untuk menjaga stabilitas pasar, bukan untuk memanipulasi mata uang.
Pernyataan ini juga menunjukkan Jepang menyadari sensitivitas isu tersebut dan ingin menjaga hubungan yang baik dengan AS.
Peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan Jepang bisa berdampak negatif bagi perekonomian global. Oleh karena itu, penting bagi kedua negara untuk menyelesaikan perselisihan mereka melalui dialog dan kerja sama.