
SAKURAINA, TOKYO-Di Jepang kini terkenal dengan fenomena rumah Akiya, yaitu rumah-rumah kosong yang ditinggal pemiliknya. Rumah ini dijual murah bahkan ada yang diberikan gratis bagi siapa saja yang ingin memilikinya.
Fenomena ini diprediksi akan semakin parah dari waktu ke waktu. Pemerintah Jepang pun berupaya mencegah hal ini.
Dilansir dari CNA, Pemimpin Komunitas Uda, Yoshiji Misaki melakukan survei untuk mengumpulkan data rumah kosong di pedesaan di prefektur Nara. Hasilnya, hampir satu dari lima rumah di Uda dalam keadaan kosong
Misaki, yang juga ketua Dewan Kota Desain Udano, mengatakan populasi Uda telah berkurang setengahnya dalam 60 tahun terakhir. Hal ini mencerminkan tren demografi kaum muda yang pindah ke kota-kota besar untuk bekerja dan meninggalkan pedesaan.
Ia menambahkan beberapa ahli memprediksi jumlah akiya di Jepang akan bertambah lebih dari dua kali lipat hingga mencapai 23 juta unit, bahkan proporsi akiya bisa menjadi 1 dari 3 rumah pada 2038
Kebanyakan akiya dalam keadaan tidak layak huni sebelum renovasi, sehingga bisa terancam roboh. Misaki mengatakan rumah-rumah kosong ini sangat tua atau dibiarkan seperti menjadi tempat pembuangan sampah karena tidak menemukan pembeli.
Pemerintah setempat sedang mencari cara agar rumah-rumah terbengkalai ini dapat menarik penghuni sebagai bagian dari strategi peremajaannya. Kota ini membagikan sebanyak 2 juta yen atau sekitar Rp 263 juta (kurs Rp 118.388) sebagai hibah bisnis untuk renovasi akiya.
“Jika sudah rusak dan tidak mungkin (direnovasi), kami beri label sebagai akiya berisiko. Ketika pemerintah pusat menyatakan akiya berisiko, pemerintah daerah seharusnya merobohkannya,” kata kepala promosi kebijakan kota Uda, Takahito Suzuki, dikutip dari CNA, Minggu (20/4/2025).
Suzuki menambahkan pemerintah belum membuat regulasi tentang penggunaan kembali akiya. Beberapa kota seperti Uda membeli dan merenovasi akiya untuk menyediaan hunian bagi penduduk untuk tinggal sementara atau membuat bank akiya.
Di samping itu, Akiya yang dijual dengan harga murah menarik pembeli dari luar negeri. Seperti fotografer asal Perancis, Coline Emilie Aguirre yang pindah ke Uda. Ia menjadi salah satu dari 380 warga negara asing yang tinggal di Uda.
Aguirre membeli akiya seharga US$ 33.000 atau setara Rp 555,8 juta (kurs Rp 16.844). Angka itu sekitar setengah dari harga rumah baru di daerah tersebut.
Namun, ia memperingatkan bahwa biaya renovasi dapat mengimbangi penghematan tersebut. Rumah yang dibelinya tidak tersambung ke saluran air dan saluran pembuangan, sebagaimana akiya lainnya yang membutuhkan renovasi.
“Saya telah menginvestasikan hingga US$ 60.000 (Rp 1 miliar). Saya berencana untuk menginvestasikan jumlah yang sama dalam tiga tahun ke depan,” kata Aguirre.
Ia baru setengah jalan merenovasi rumahnya setelah tiga tahun pindah. Aguirre bermaksud untuk membuka sebagian rumahnya sebagai wisma tamu setelah renovasi selesai.(CAN)